Ruang Jeda - episode Metamorfosa 2 Cinta

Adalah Ibuku yang selalu mereka sebut sebagai manusia biasa tanpa medali kepahlawanan didadanya, tanpa gelar doktoral apalagi seribu piala dan piagam penghargaan Adiwiyata Karya Dharma Mandala , tidak juga beliau termasuk sebagai salah satu pemenang nobel, apalagi termasuk dalam deretan daftar pemenang gueness of record, dan meski semua hal yang rendah-rendah mendiskreditkan ibuku disudut senja yang semakin membisu, kami sebagai anak dan keturunannya tetap takjub terhadap karya dan sikap hidupnya sampai hari ini.

Kami lebih bangga menyebutkan ibuku dan kaum ibu yang lainnya sebagai nomer satu dari 8 kejaiban didunia sebelum candi borobudur, menara visa, tembok china dan keajaiban- keajaiban dunia lainnya. seandainya kami mampu memberi penghargaan , kami akan menyematkan seribu maha bintang untuk kepahlawan, kepemimpinan, kemandirian dan keajegan hidup seorang ibu. 

Bagaimana mungkin kalian akan sanggup meniadakan jasa seorang konsonan tangguh didunia ini, bukahkah seorang ibu itu adalah bagian elanvital bagi pertumbuhan dan perkembangan banyak generasi dimuka bumi, bukankah para penemu terkenal, para pahlawan dan pemimpin hebat, orang - orang kaya, para pengusaha, pejabat  dan kaum intelktual itu dilahirkan dari jasad seorang ibu ?, sekali kali - kali tidak !, tidak untuk menjerumuskan akal dan pikiran kita kejurang paling dangkal , seorang ibu tetap harus dihormati, dihargai sebagaimana layaknya manusia yang paling berjasa di dunia ini.

Seorang pelantun lagu pernah menyanyikan syair-syair jiwanya dengan suara sofran , " ibu kaulah bintang bagiku, penerang di kalagundah, ibu kau anugrah Ilahi , pencerah hati penyejuk kalbu", 
Gubahan lirik lagu itu menaburkan benih-benih kenangan bersama keluarga, sekaligus menerbangkan renunganku disebuah desa bernama Cangkuang Barat, 27 tahun yang lalu, saat hingar bingar kota tak berwajah metropolitan seperti sekarang ini.